BAB I: PENDAHULUAN
May 18, 2010 Leave a comment
I.1 Batasan Pengertian
Kimia Koordinasi :
Bagian dari Ilmu Kimia yang mempelajari senyawa- senyawa koordinasi.
Senyawa koordinasi/senyawa kompleks :
Senyawa yang terbentuk melalui ikatan koordinasi (ikatan kovalen koordinasi) antara ion/atom pusat dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit dipahami (pada awal penemuannya)
Ikatan kovalen koordinasi :
Ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut.
Ion/atom pusat :
Ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian tengah) sebagai penerima pasangan elektron (Asam Lewis), umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi).
Ligan (gugus pelindung) :
atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron (Basa Lewis).
Banyak materi penting yang merupakan senyawa kompleks, misalnya : klorofil, hemoglobin, vitamin B12, Katalis Ziegler – Nata, tinta cina, dll
Beberapa contoh fenomena yang terkait dengan eksistensi senyawa kompleks adalah :
- · Ag(aq)+ + Cl(aq)– ↔ AgCl(s)putih (1)
AgCl(s)putih + 2 NH3(g) ↔ [Ag(NH3)2] (aq)+ + Cl(aq)– (2)
Keterangan : Jika ke dalam larutan yang mengandung Ag+ ditambahkan Cl– maka akan terbentuk endapan putih AgCl. Jika ke dalam endapan tersebut ditambahkan NH3 maka endapan larut membentuk ion kompleks [Ag(NH3)2]+ . Jika selanjutnya ditambahkan larutan HNO3, maka endapan putih akan terbentuk kembali. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pergeseran kesetimbangan pada reaksi (2) ke arah kiri. Kesetimbangan bergeser ke kiri karena terjadi pengurangan NH3 membentuk NH4+.
- Pembentukan ion kompleks seringkali disertai dengan timbulnya warna tertentu pada larutan, misalnya pada penggunaan tinta rahasia. Tulisan yang dibuat dengan tinta tersebut hanya dapat dilihat jika kertas dipanaskan. Pada suhu kamar tulisan akan kembali tak kasat mata. Hal ini terkait dengan perubahan warna yang menyertai pembentukan senyawa kompleks seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut :
2 [Co(H2O)6]Cl2 ↔ Co[CoCl4] + 12 H2O
merah jambu biru
(jika encer : transparan)
I.2 Sejarah Penemuan
- Senyawa kompleks pertama kali ditemukan oleh Tassert (1798), yaitu CoCl3.6NH3. Senyawa tersebut dianggap aneh karena terbentuk oleh 2 senyawa stabil yang masing-masing valensinya sudah jenuh. Hal ini baru bisa dipahami setelah waktu berlalu sekitar 100 tahun. Selama waktu tersebut banyak senyawa kompleks telah dibuat dan dikaji sifat-sifatnya, misalnya :
Kompleks | Rumus Kimia (sekarang) |
Cr(SCN)2.NH4SCN.2NH3
PtCl2.2NH3 Co(NO2)3.KNO2.2NH3 PtCl2.KCl.C2H4 |
NH4[Cr (NH3)2(NCS)4]
[Pt(NH3)4][PtCl4] K[Co(NH3)2(NO2)4] K[Pt(C2H4)Cl3] |
- Banyak senyawa kompleks memperlihatkan warna yang khas, oleh karena itu warna pernah dijadikan dasar dalam pemberian nama senyawa kompleks, misalnya :
Kompleks | warna | Nama |
CoCl3.6NH3
CoCl3.5NH3 CoCl3.4NH3 CoCl3.4NH3 CoCl3.5NH3.H2O IrCl3.6NH3*) |
Kuning
Ungu/merah lembanyung (purple) Hijau Lembayung (violet) Merah Putih |
Luteocobaltic chloride
Purpureocobaltic chloride Praseocobaltic chloride Violeocobaltic chloride Roseocobaltic chloride Luteoiridium chloride |
*) Bukan karena bewarna kuning, melainkan karena mengikat 6 molekul NH3
- Kompleks kloroamin kobal(III) [demikian juga Cr(III)] tidak hanya memperlihatkan perbedaan warna, melainkan juga perbedaan reaktivitas Cl yang terdapat dalam molekul-molekul tersebut. Misalnya, jika ke dalamnya ditambahkan larutan AgNO3, maka jumah ion yang terendap sebagai AgCl bervariasi seperti ditunjukkan pada tabel berikut :
Kompleks | Jumlah Cl– terendap | Rumus Kimia (sekarang) |
CoCl3.6NH3
CoCl3.5NH3 CoCl3.4NH3 IrCl3.3NH3 |
3
2 1 0 |
[Co(NH3)6]Cl3
[Co(NH3)5Cl]Cl2 [Co(NH3)4Cl2]Cl [Ir(NH3)3Cl3] |
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada CoCl3.6NH3 dan IrCl3.3NH3 semua atom Cl identik, akan tetapi pada CoCl3.5NH3 dan CoCl3.4NH3 terdapat perbedaan di antara atom-atom Cl (terdapat 2 jenis).
- Data konduktivitas molar larutan dapat dimanfaatkan untuk memprediksikan jumah ion yang dihasilkan oleh tiap 1 molekul solut sebagaimana ditunjuukan pada tabel berikut :
Kompleks | Konduktivitas molar (ohm-1) | Jumlah ion terindikasi | Rumus Kimia (sekarang) |
PtCl4.6NH3
PtCl4.5NH3 PtCl4.4NH3 PtCl4.3NH3 PtCl4.2NH3 PtCl4.NH3.KCl PtCl4.2KCl |
523
404 229 97 0 109 256 |
5
4 3 2 0 2 3 |
[Pt(NH3)6]Cl4
[Pt(NH3)5Cl]Cl3 [Pt(NH3)6Cl2]Cl2 [Pt(NH3)3Cl3]Cl [Pt(NH3)2Cl4] K[Pt(NH3)Cl5] K2[Pt(NH3)6Cl6] |
- Senyawa-senyawa tertentu dengan komposisi kimia yang sama memiliki warna yang berbeda, misalnya CoCl3.4NH3 ada yang bewarna hijau dan ada yang bewarna lembayung. Ada kalanya yang berbeda bukan warnanya, akan tetapi sifat-sifat yang lain. Misalnya α-PtCl4.2NH3 dan β-PtCl4.2NH3 memiliki warna yang sama (krem), akan tetapi berbeda dalam kelarutan dan reaktifitas kimianya.
I.3 Teori Rantai (Bomstrand-Jorgenson), 1869
Terilhami oleh konsep teravalensi karbon dan pembentukan rantai karbon dalam senyawa organik.
Ditinjau kompleks kloroamin kobal : CoCl3.6NH3 :
- Unsur hanya memiliki 1 macam valensi, jadi Co(III) hanya dapat membentuk 3 ikatan dalam senyawa kompleks
- Cl dapat terikat langsung pada Co atau dengan perantara NH3. Cl yang terikat langsung oleh Co tak teruon dan tak dapat diendapkan, sedang yang terikat melalui perantara NH3 dapat terion dan dapat diendapkan dengan penambahan Ag+.
- NH3 dapat membentuk rantai (seperti C dalam senyawa karbon).
Berdasarkan asumsi tersebut maka struktur CoCl3.6NH3, CoCl3.5NH3, CoCl3.4NH3, dan CoCl3.3NH3 masing-masing adalah sbb:
NH3 – Cl
CoCl3.6NH3 : Co – NH3 – NH3 – NH3 – NH3 – Cl
NH3 – Cl
Cl
CoCl3.5NH3 : Co – NH3 – NH3 – NH3 – NH3 – Cl
NH3 – Cl
Cl
CoCl3.4NH3 : Co – NH3 – NH3 – NH3 – NH3 – Cl
Cl
Cl
CoCl3.4NH3 : Co – NH3 – NH3 – NH3 – Cl ( ? ? ?)
Cl
I.4 Teori Koordinasi (Alfred Werner), 1893
3 postulat Werner adalah :
- Unsur logam memiliki 2 macam valensi, yaitu valensi primer dan valensi sekunder (dalam istilah sekarang masing-masing disebut bilangan oksidasi dan bilangan koordinasi).
- Setiap unsur cenderung memenuhi valensi primer maupun valensi sekundernya.
- Valensi sekunder diarahkan kepada posisi tertentu dalam ruangan.
Berdasarkan 3 postulat tersebut maka struktur CoCl3.6NH3, CoCl3.5NH3, CoCl3.4NH3, dan CoCl3.3NH3 masing-masing adalah sbb:
Cl
NH3
NH3
NH3
CoCl3.6NH3 : Cl —————-Co Rumus kimia : [Co(NH3)6]Cl3
NH3
NH3
NH3
Cl
Cl
NH3
NH3
CoCl3.5NH3 : Cl —————-Co Rumus kimia : [Co(NH3)5Cl]Cl2
NH3
NH3
NH3
Cl
Cl
NH3
NH3
CoCl3.4NH3 Cl —————-Co Rumus kimia : [Co(NH3)4Cl2]Cl
NH3
Cl
NH3
Cl
NH3
NH3
CoCl3.4NH3 : Co Rumus kimia : [Co(NH3)3Cl3]
Cl
Cl
NH3
I.5 Tatanama
- Urutan ion : kation disebut lebih dulu sebelum anion
- Dalam hal kompleks nonionik, ditulis dalam satu kata
- Nama ligan :
Ligan netral → sesuai dengan namanya, kecuali : H2O (akuo), NH3 (ammin), NO (nitrosil), CO (karbonil).
Ligan anion → berakhiran –o
Ligan kation → berakhiran –iu
4 Urutan penyebutan ligan : berdasarkan abjad
5 Awalan yang menyatakan banyaknya ligan
Ligan sederhana : di (2), tri (3), tetra (4), penta (5), heksa (6)
Ligan yang namanya telah mengandung kata ’di’, ’tri’, dst : bis (2), tris (3), tetrakis (4), pentakis (5), heksakis (6).
6 Akhiran : kompleks anion → berakhiran at
kompleks kation dan netral → tak berakhiran
- Bilangan oksidasi ion pusat ditulis dengan nama angka romawi diantara tanda kurung
- Ligan berjembatan
Ligan yang menjembatani 2 atom pusat diberi awalan – µ –
- Kompleks yang memiliki isomir
- Isomir geometri
Jika terdapat ligan yang sama : awalan ’cis’ (ligan yang sama berdekatan)
awalan ’trans’ (ligan yang sama berseberangan)
2-
Cl Br
Br NO2
trans-dibromokloronitroplatinat(II)
+
NH3
Br Br
NH3 NH3
NH3
Cis-tetrammindibromokabaltat(III)
Jika tak terdapat ligan yang sama :
– kompleks bujur sangkar : yang diberi nomor yang abjadnya paling dulu dan yang berseberangan
1-
Cl Br
NH3 NO2
1-ammin-3-bromo-kloronitroplatinat(II)
– kompleks oktahedral : yang diberi nomor yang abjadnya paling dulu sebagai no 1, selanjutnya ligan nomor 2, 4 dan 6
1
5 2
4 3
6
+
Cl
Py Br
I NH3
NO2
1-ammin-3-bromo-4-iodo-6-piridinkloronitroplatina(IV)
- Isomir optik
Awalan d : memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan
Awalan l : memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kiri